Selasa, 31 Mei 2011

Sejarah Reggae

Reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Reggae mungkin jadi bekas di perasaan lebar ke menunjuk ke sebagian terbesar musik Jamaika, termasuk Ska, rocksteady, dub, dancehall, dan ragga. Barangkali istilah pula berada dalam membeda-bedakan gaya teliti begitu berasal dari akhir 1960-an. Reggae berdiri di bawah gaya irama yang berkarakter mulut prajurit tunggakan pukulan, dikenal sebagai “skank”, bermain oleh irama gitar, dan pemukul drum bass di atas tiga pukulan masing-masing ukuran, dikenal dengan sebutan “sekali mengeluarkan”. Karakteristik, ini memukul lambat dari reggae pendahuluan, ska dan rocksteady

Reage di Indonesia

Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae di Indomesia antara lain Tony Q, Steven & Coconuttreez, Joni Agung (Bali), New Rastafara, dan Heru “Shaggy Dog” (Yogyakarta).

Sejarah Reggae di Indonesia banyak orang yg tidak mengetahui bahkan musisi Reggae kurang paham, jika ditanya siapa band awal mula yg pertama kali memainkan musik Reggae?

Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah Black Company sebuah band dgn genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming.

Band-band tersebut memiliki kualitas musikal yang memukau…

arti reggae

Antara Musik Reggae dan Rastafarian

Irama musik reggae ini, terdengar mengasyikkan. Iramanya yang dinamis, membuat pendengarnya terhanyut. Mereka ikut menghayati lirik-lirik dalam sebuah lagu berirama reggae ini.

Sepintas, penampilan para penggemar musik reggae ini seakan menunjukkan gaya hidup yang masa bodoh. Kaos oblong, jeans belel, serta rambut gimbal, menambah lusuh penampilannya.

Ditambah lagi dengan adanya stereotipe negatif yang selama ini muncul. Musik reggae terkesan identik dengan ganja, mariyuana, serta seks bebas. Hal itu diperkuat oleh kenyataan di mana petugas kebersihan kerap menemukan sisa lintingan ganja yang habis dibakar, seusai pertunjukkan musik reggae.


Soal penggunaan ganja untuk menikmati musik reggae tidaklah diterima oleh seluruh penikmat musik reggae. Menurut mereka, reggae sebetulnya adalah musik yang membawa pesan perdamaian.

Sehingga tak ada hubungannya sama sekali dengan penggunaan ganja yang merupakan benda ilegal untuk dikonsumsi secara bebas.Musik reggae semakin populer ke seluruh penjuru dunia di era tahun 1980-an, termasuk di Indonesia. Akar musik ini adalah musik ska, yang temponya lebih cepat dibandingkan reggae.

Dan kematian Bob Marley pada tahun 1981, malah semakin membuat musik dinamis ini menjadi semakin digemari.Bisa jadi, penggemar musik yang menghisap ganja saat mendengar lagu-lagu reggae, sebetulnya terbawa oleh upaya meniru perilaku perilaku negatif idolanya.

Pada praktiknya, menghisap ganja dapat memunculkan fantasi tertentu bagi penggunanya. Dan ini yang diyakini oleh sebagian orang agar dapat membuat mereka lebih menikmati musik yang dimainkan.

Bagi sebagian orang, reggae sebetulnya dapat memberikan pengaruh yang positif. Selain lirik lagu reggae berisi pesan perdamaian, juga memberikan dorongan untuk membuat hidup lebih baik.

Pesan perjuangan yang diusung dalam musik reggae, diilhami dari kondisi sosial di Afrika, khususnya di Jamaika, yang merupakan daerah koloni negara-negara Eropa.

Karena itu, tidak heran orang-orang yang bernasib serupa dengan orang Jamaika, akhirnya juga menyukai reggae.

Namun, tidak semua penggemar reggae memahami makna di balik gelora musik ini. Sebagian masih melihatnya sekedar sebagai hiburan belaka, yang berkonotasi dengan suasana santai, atau liburan.

Sebutan rastaman muncul karena musik reggae awalnya diusung oleh penganut rastafari. Masalahnya, banyak yang menyalahartikan identitas rastafari. Padahal, para penganut rastafari tidak identik dengan alkohol atau pun ganja. Bahkan, mereka tidak memakan daging alias vegetarian.

Sejatinya, rastafarian awalnya merupakan suatu gerakan yang populer di Karibia. Gerakan ini menolak bangsa Afrika berada dalam penindasan kulit putih. Ras Muhamad yang menjalani falsafah rastafari sejak sepuluh tahun terakhir mengakui, di Indonesia terdapat bias dalam memandang rastafarian.

Sesungguhnya, penganut rastafarian yang disebut sebagai rastamania, atau rastafarian tidak mengkonsumsi alkohol, obat bius, ganja, dan beberapa diantaranya adalah vegetarian. Perbedaan cara memandang pada gerakan ini lebih disebabkan minimnya sumber-sumber informasi yang benar-benar paham akan rastafari.

Sehingga justru yang timbul dan diikuti oleh sebagian orang adalah perilaku negatifnya saja.Salah satu musisi Jamaika, Bob Marley, yang juga menganut rastafarian, memberi andil yang signifikan dalam mempopulerkan reggae ke dunia internasional.

Tembang-tembang yang dimainkan oleh Bob Marley memanifestasikan gerakan perjuangannya melawan rezim apartheid di Afrika.

Lagu dalam musik reggae yang berisi pesan perdamaian, serta perjuangan terhadap kehidupan maupun kritik-kritik sosial dilatarbelakangi situasi di Afrika, lebih khusus lagi di Jamaika, yang kerap mengalami pertikaian politik.

Lagu-lagu yang berakar dari musik Jamaika, seperti reggae atau ska, yang sarat dengan semangat anti perbudakan, keinginan untuk hidup mandiri, serta memiliki tujuan yang jelas dalam hidup, merupakan bagian yang tidak jauh berbeda dengan falsafah rastafari.

Namun, bagian positif seperti ini kerap luput dari pandangan banyak penggemar reggae. Sebagian besar justru lebih banyak terbawa arus gaya hidup sang legenda, Bob Marley.

Kalangan musisi yang bergelut di aliran musik reggae menyayangkan kaum pecinta reggae yang tidak mengerti makna sesungguhnya, musik yang satu ini. Mereka berharap, para pecinta reggae menghayati makna terdalam dari musik yang satu ini agar aliran ini tidak dimanfaatkan untuk menjaring kaum remaja ke arah yang negatif.
Saat ini banyak penggemar reggae yang menamai diri rastaman, tetapi menjalani gaya hidup yang seenaknya, yang bertolak belakang dengan pandangan penganut rastafari. Padahal, meski berasal dari kawasan yang sama, reggae dan rastafari merupakan dua hal yang berbeda.

Begitu kentalnya nuansa falsafah rastafarian dalam ratusan tembang yang dicipta dan dibawakan musisi reggae, membuat citra reggae dan rastafarian sulit untuk dipisahkan.

Minimnya informasi mengenai esensi dari reggae dan rastafarian membuat pengertian antar keduanya menjadi tumpang tindih. Bahkan, ada orang yang menggunakan kata rasta sebagai kata ganti untuk mariyuana, atau ganja.

Sehingga beberapa orang merasa takut untuk disebut sebagai rastaman, karena berkonotasi negatif. Dalam hal penggunaan ganja, Tony Q (baca : toni kiuw) yang sudah belasan tahun bergelut di musik reggae, baik di dalam negeri, maupun mancanegara, punya pengalaman tersendiri dalam hal penggunaan ganja sebagai benda terlarang.

Jika diamati, para musisi reggae memang punya simpati kuat pada kaum rastafarian. Karena itu, mereka keberatan jika reggae dikonotasikan identik dengan kehidupan yang negatif. Kendati sebagai hiburan, musik reggae sejatinya berisi pesan positif.

Pada intinya, setelah melalui perjalanan panjangnya, reggae dan rastafarian bisa dibilang punya arah yang sama. Membawa pesan kasih sayang dan perdamaian, bukan sekedar berambut gimbal atau tampil berantakan.

Tak kenal maka tak sayang. Itulah jeritan hati pecinta reggae sejati. Kebebasan yang mereka inginkan, bukanlah kebebasan tanpa batas lewat pengaruh daun ganja.

Senin, 30 Mei 2011

profil tony Q

Sumber dan CopyPaste dari: http://dhamanutd.blogspot.com/2010/08/search.html#ixzz1NpQCiwom

Tony Waluyo Sukmoasih (populer dengan nama Tony Q atau Tony Q Rastafara; lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 April 1961; umur 49 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia beraliran reggae yang telah aktif di ragam tersebut sejak tahun 1989. Dia bersama grup musiknya Rastafara mempopulerkan istilah "rambut gimbal" (gaya rambut dreadlock) di Indonesia lewat lagu dengan judul yang sama pada tahun 1996. Tony Q telah menjadi ikon musik reggae Indonesia. Dia dianggap sebagai pelopor reggae di Indonesia, karena dia tak hanya berkecimpung di ragam tersebut sejak lama, namun juga mengembangkan karakter musik reggaenya sendiri, dimana dia memasukkan banyak unsur tradisional Indonesia ke musiknya, dan mengangkat tema-tema khas Indonesia dalam musiknya.

Tony Q adalah seorang lulusan STM Perkapalan di Semarang. Sebelum terjun ke dunia musik, pada tahun 1980 Tony Q pernah bekerja selama enam bulan di bagian quality control (pengendalian mutu) di sebuah pabrik pengalengan milik perusahaan Singapura di Cakung, Jakarta Timur. Namun kemudian dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih untuk menjadi pengamen di jalanan dan seorang musisi, menghadapi tentangan keras keluarganya. Dia sempat menjadi pengamen selama lima sampai enam tahun di daerah Blok M, Jakarta.

Menurut wawancara dengan Tony Q di Radio Nederland Wereldomroep, sebelum terjun di musik reggae, dia pernah memainkan blues, rock, bahkan musik country. Tahun 1989 dia akhirnya memilih menekuni musik reggae yang menurutnya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Tony Q mengaku sangat mengidolakan Bob Marley, almarhum musisi reggae kenamaan asal Jamaika.

Jumat, 20 Mei 2011

Sejarah Blog Ini

Blog ini saya ciptakan untuk semua golongan yang terutama para rastaman yang ada di seluruh dunia dan akhirat, yang lagi budeg, strezz, bingung, atau putus cinta silahkan melihat blog ini, agar anda lebih pusing dan strezzz.

Blog ini saya ciptakan secara tidak sengaja (sadar) maklumilah bila blog saya ini keterlaluan kurangnya, maklum manusia itu tempatnya salah dan ketrlaluan salahnya.

Saya bingung dengan blog ini karena eh karena APE TAK GAWE OPO!!!

Oke semua kawan nikmatilah blog pembodohan ini, silahkan menikmati kumpulan lagu - lagu yang ada di blog ini, oke brooooo, yoooooooomannnnn, cekidot......

ShoutMix chat widget

  © Music RASTA code by ourblogtemplates.com n edited byhaqieART @2009

Back to TOP